TOR TOR TUNGGAL PANALUAN, TARIAN SAKRAL PENGHINDAR MARA BAHAYA
Berbicara tentang tarian Tor Tor, tentunya kita sudah mengetahui bahwa tarian yang satu ini merupakan tarian asli Sumatera Utara yang berasal dari etnis Batak. Tarian ini merupakan salah satu seni budaya Batak yang sudah berusia ratusan tahun, bahkan telah ada sejak masa berkembangnya etnis Batak dalam kehidupan sosial bermasyarakat pada satu pemukiman. Tarian ini adalah tarian yang mengandung unsur-unsur mistis dan spiritual dalam setiap gerakannya sehingga untuk melakukan tarian ini diharuskan memiliki kesucian hati dan jauh dari niat-niat yang kotor.
Sejarah pun mengatakan, bahwa pada masa dahulu tarian ini digerakkan dengan menggunakan media patung sebagai penarinya. Patung-patung tersebut di isi oleh arwah leluhur yang bertujuan untuk menghadiri satu moment upacara adat tertentu, sehingga kemudian setelah melaksanakan prosesi ritual yang panjang maka patung-patung tersebut pun bergerak mengikuti instrumen musik tradisional yang mengirinya.
Gerakan tersebut berupa gerakan tangan, gerakan kaki, dan gerakan tubuh lainnya. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman kini tari Tor Tor dapat dilakukan oleh siapa saja bagi yang ingin mempelajarinya, tentunya dengan beberapa syarat yang harus dipatuhi.
Tari Tor Tor, bagi masyarakat awam mungkin tarian ini hanya mempunyai makna sebagai cagar budaya dan hiburan etnis Batak semata. Namun ternyata tidak, sebab menurut pembagiannya tarian ini terbagi dalam beberapa jenis sesuai fungsinya dalam sebuah kondisi sehingga tidak sembarang waktu tarian ini bisa dilakukan. Salah satunya adalah Tor Tor Tunggal Panaluan.
Ya, Tarian yang satu ini merupakan salah satu jenis tarian Tor Tor dan bisa dikatakan cukup populer karena sering dilaksanakan maupun dipentaskan dalam berbagai moment pergelaran adat di Sumatera Utara. Tor Tor Tunggal Panaluan ini adalah satu-satunya tarian yang teramat sangat disakralkan oleh masyarakat Batak selain Tor Tor Sipitu Cawan, sebab tarian yang satu ini mengandung makna yang dalam antara beberapa orang manusia yang melakukan kontak spiritual langsung dengan spirit hidup masyarakat Batak di masa dahulu yang dinamakan Mula Jadi Na Bolon.
Kepercayaan masyarakat Batak akan Mula Jadi Na Bolon merupakan kepercayaan yang diwariskan oleh para leluhur di masa lampau, tepatnya bagi masyarakat Batak yang masih menganut agama lokal di sekitar Pulau Samosir. Sehingga Tor Tor Tunggal Panaluan ini diyakini sebagai penghubung langsung kepada Mula Jadi Na Bolon, ibaratnya seperti komunikasi.
Menurut sejarah, pada masa dahulu ketika masyarakat Batak dalam satu perkampungan yang sedang dilanda oleh berbagai problema, banyak yang meminta nasihat kepada para tetua adat atau beberapa dukun yang diyakini bisa membantu permasalahannya. Kemudian para dukun tersebut membuat suatu permohonan kepada raja-raja yang berkuasa di beberapa perkampungan tersebut untuk melaksanakan Tor Tor Tunggal Panaluan ini.
Sehingga Tor Tor Tunggal Panaluan ini diyakini berfungsi untuk menghindari sebuah lokasi yang ditujukan agar terhindar dari segala mara bahaya, baik bahaya yang datang secara nyata maupun bahaya yang datang dalam unsur metafisik tak kasat mata.
Selain itu, Tor Tor Tunggal Panaluan ini dahulunya juga digunakan untuk meminta berbagai solusi ketika ada satu perkampungan masyarakat yang sedang terkena bencana, baik itu bencana alam maupun jenis bencana lainnya yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat. Kemudian dalam prosesinya juga dilaksanakan prosesi permohonan agar bencana tersebut tidak lagi menyerang satu perkampungan tersebut.
Selain itu, Tor Tor Tunggal Panaluan ini juga digunakan dalam satu moment tertentu. Seperti halnya yang terjadi pada raja-raja Batak terdahulu. Tor Tor Tunggal Panaluan ini digunakan dalam satu acara seremonial, seperti upacara pengukuhan raja-raja Batak yang akan memimpin suatu perkampungan.
Sekedar informasi, upacara pengukuhan raja-raja Batak di masa dahulu dilaksanakan secara sakral dengan memadukan unsur tradisional, budaya maupun unsur-unsur supranatural. Karena masyarakat Batak pada masa dahulu meyakini, dengan diadakannya Tor Tor Tunggal Panaluan ini maka arwah para leluhur yang telah tiada akan memberikan izin kepada raja yang akan memimpin satu perkampungan tersebut agar dilimpahkan kebijaksaan maupun kesejahteraan bagi perkampungan yang di pimpinnya.
Tak hanya itu saja, sebagaimana fungsi yang terdapat pada tongkat Tunggal Panaluan, Tor Tor Tunggal Panaluan ini pun juga diyakini masyarakat Batak sebagai media pawang hujan. Sehingga masyarakat Batak dapat meminta hujan di musim kemarau ataupun menghindari datangnya hujan secara terus menerus pada musim penghujan. Sebab, bagi masyarakat curah hujan yang cukup adalah satu hal yang paling penting dalam usaha pertanian mereka.
Kini, Tor Tor Tunggal Panaluan juga masih digunakan. Tepatnya pada berbagai acara-acara yang mengandung unsur seni dan budaya di Sumatera Utara. Misalnya pada pergelaran akbar Pesta Danau Toba, tarian ini digunakan ketika datangnya beberapa tokoh-tokoh penting yang hadir pada pergelaran tersebut dengan tujuan memberikan sambutan secara seremonial dengan budaya asli Sumatera Utara.
Bahkan ketika Tor Tor Tunggal Panaluan ini ditampilkan, tampak beberapa orang wisatawan mancanegara yang memadati lokasi Pesta Danau Toba dengan begitu antusias untuk menyaksikan tarian yang sangat disakralkan oleh masyarakat Batak tersebut, beberapa diantaranya pun terlihat memotret para penari yang sedang melakukan tarian tersebut.
Selain itu, pada pergelaran akbar Pekan Raya Sumatera Utara, Tor Tor Tunggal Panaluan ini juga selalu ditampilkan dengan tujuan untuk memberikan penghormatan kepada arwah para leluhur, sesuai kepercayaan masyarakat Batak di masa dahulu, dan juga bertujuan untuk kelancaran pergelaran akbar yang satu ini sehingga tidak ada kendala apapun dalam pelaksanaannya. Biasanya penari-penari tersebut diambil dari beberapa sanggar ternama yang sudah cukup populer di Sumatera Utara.
Berbicara tentang tarian Tor Tor, tentunya kita sudah mengetahui bahwa tarian yang satu ini merupakan tarian asli Sumatera Utara yang berasal dari etnis Batak. Tarian ini merupakan salah satu seni budaya Batak yang sudah berusia ratusan tahun, bahkan telah ada sejak masa berkembangnya etnis Batak dalam kehidupan sosial bermasyarakat pada satu pemukiman. Tarian ini adalah tarian yang mengandung unsur-unsur mistis dan spiritual dalam setiap gerakannya sehingga untuk melakukan tarian ini diharuskan memiliki kesucian hati dan jauh dari niat-niat yang kotor.
Sejarah pun mengatakan, bahwa pada masa dahulu tarian ini digerakkan dengan menggunakan media patung sebagai penarinya. Patung-patung tersebut di isi oleh arwah leluhur yang bertujuan untuk menghadiri satu moment upacara adat tertentu, sehingga kemudian setelah melaksanakan prosesi ritual yang panjang maka patung-patung tersebut pun bergerak mengikuti instrumen musik tradisional yang mengirinya.
Gerakan tersebut berupa gerakan tangan, gerakan kaki, dan gerakan tubuh lainnya. Namun, seiring dengan berkembangnya zaman kini tari Tor Tor dapat dilakukan oleh siapa saja bagi yang ingin mempelajarinya, tentunya dengan beberapa syarat yang harus dipatuhi.
Tari Tor Tor, bagi masyarakat awam mungkin tarian ini hanya mempunyai makna sebagai cagar budaya dan hiburan etnis Batak semata. Namun ternyata tidak, sebab menurut pembagiannya tarian ini terbagi dalam beberapa jenis sesuai fungsinya dalam sebuah kondisi sehingga tidak sembarang waktu tarian ini bisa dilakukan. Salah satunya adalah Tor Tor Tunggal Panaluan.
Ya, Tarian yang satu ini merupakan salah satu jenis tarian Tor Tor dan bisa dikatakan cukup populer karena sering dilaksanakan maupun dipentaskan dalam berbagai moment pergelaran adat di Sumatera Utara. Tor Tor Tunggal Panaluan ini adalah satu-satunya tarian yang teramat sangat disakralkan oleh masyarakat Batak selain Tor Tor Sipitu Cawan, sebab tarian yang satu ini mengandung makna yang dalam antara beberapa orang manusia yang melakukan kontak spiritual langsung dengan spirit hidup masyarakat Batak di masa dahulu yang dinamakan Mula Jadi Na Bolon.
Kepercayaan masyarakat Batak akan Mula Jadi Na Bolon merupakan kepercayaan yang diwariskan oleh para leluhur di masa lampau, tepatnya bagi masyarakat Batak yang masih menganut agama lokal di sekitar Pulau Samosir. Sehingga Tor Tor Tunggal Panaluan ini diyakini sebagai penghubung langsung kepada Mula Jadi Na Bolon, ibaratnya seperti komunikasi.
Menurut sejarah, pada masa dahulu ketika masyarakat Batak dalam satu perkampungan yang sedang dilanda oleh berbagai problema, banyak yang meminta nasihat kepada para tetua adat atau beberapa dukun yang diyakini bisa membantu permasalahannya. Kemudian para dukun tersebut membuat suatu permohonan kepada raja-raja yang berkuasa di beberapa perkampungan tersebut untuk melaksanakan Tor Tor Tunggal Panaluan ini.
Sehingga Tor Tor Tunggal Panaluan ini diyakini berfungsi untuk menghindari sebuah lokasi yang ditujukan agar terhindar dari segala mara bahaya, baik bahaya yang datang secara nyata maupun bahaya yang datang dalam unsur metafisik tak kasat mata.
Selain itu, Tor Tor Tunggal Panaluan ini dahulunya juga digunakan untuk meminta berbagai solusi ketika ada satu perkampungan masyarakat yang sedang terkena bencana, baik itu bencana alam maupun jenis bencana lainnya yang dapat mengganggu ketentraman masyarakat. Kemudian dalam prosesinya juga dilaksanakan prosesi permohonan agar bencana tersebut tidak lagi menyerang satu perkampungan tersebut.
Selain itu, Tor Tor Tunggal Panaluan ini juga digunakan dalam satu moment tertentu. Seperti halnya yang terjadi pada raja-raja Batak terdahulu. Tor Tor Tunggal Panaluan ini digunakan dalam satu acara seremonial, seperti upacara pengukuhan raja-raja Batak yang akan memimpin suatu perkampungan.
Sekedar informasi, upacara pengukuhan raja-raja Batak di masa dahulu dilaksanakan secara sakral dengan memadukan unsur tradisional, budaya maupun unsur-unsur supranatural. Karena masyarakat Batak pada masa dahulu meyakini, dengan diadakannya Tor Tor Tunggal Panaluan ini maka arwah para leluhur yang telah tiada akan memberikan izin kepada raja yang akan memimpin satu perkampungan tersebut agar dilimpahkan kebijaksaan maupun kesejahteraan bagi perkampungan yang di pimpinnya.
Tak hanya itu saja, sebagaimana fungsi yang terdapat pada tongkat Tunggal Panaluan, Tor Tor Tunggal Panaluan ini pun juga diyakini masyarakat Batak sebagai media pawang hujan. Sehingga masyarakat Batak dapat meminta hujan di musim kemarau ataupun menghindari datangnya hujan secara terus menerus pada musim penghujan. Sebab, bagi masyarakat curah hujan yang cukup adalah satu hal yang paling penting dalam usaha pertanian mereka.
Kini, Tor Tor Tunggal Panaluan juga masih digunakan. Tepatnya pada berbagai acara-acara yang mengandung unsur seni dan budaya di Sumatera Utara. Misalnya pada pergelaran akbar Pesta Danau Toba, tarian ini digunakan ketika datangnya beberapa tokoh-tokoh penting yang hadir pada pergelaran tersebut dengan tujuan memberikan sambutan secara seremonial dengan budaya asli Sumatera Utara.
Bahkan ketika Tor Tor Tunggal Panaluan ini ditampilkan, tampak beberapa orang wisatawan mancanegara yang memadati lokasi Pesta Danau Toba dengan begitu antusias untuk menyaksikan tarian yang sangat disakralkan oleh masyarakat Batak tersebut, beberapa diantaranya pun terlihat memotret para penari yang sedang melakukan tarian tersebut.
Selain itu, pada pergelaran akbar Pekan Raya Sumatera Utara, Tor Tor Tunggal Panaluan ini juga selalu ditampilkan dengan tujuan untuk memberikan penghormatan kepada arwah para leluhur, sesuai kepercayaan masyarakat Batak di masa dahulu, dan juga bertujuan untuk kelancaran pergelaran akbar yang satu ini sehingga tidak ada kendala apapun dalam pelaksanaannya. Biasanya penari-penari tersebut diambil dari beberapa sanggar ternama yang sudah cukup populer di Sumatera Utara.
0 komentar:
Posting Komentar